Pemain Idealis Penonton Bijaksana

Sigit Prabowo
Notulensi Git
Published in
4 min readOct 29, 2016

--

ilustrasi Pemain dan Penonton (src: google images)

sebelumnya mau disclaimer dulu,

Jadi pemain atau penonton itu pilihan. semua memiliki plus dan minusnya. SelamArt berkarya!

dikisahkan cerita fiktif dan dibuat-buat untuk lebih menggambarkan yang sebenarnya. Budi dan Andi sudah sahabatan lebih dari 10 tahun. Budi dan Andi lahir di bulan yang sama hanya beda tanggal. Budi memiliki cita-cita saat besar nanti ia ingin jadi pesepak bola yang handal. kemudian ia iseng bertanya ke Andi

Budi: Eh, Ndi. kalau udah gede lu mau jadi apa?

Andi: hmmh apa ya… belum kepikiran Bud. Kalau lu?

Budi: gue mau jadi (seketika berdiri sambil melayangkan kaki sebelah)… gue mau jadi pesepak bola handal kayak Mbamba Pamungkas.

Andi: oh yang kemarin nyetak gol itu ya… oh kalau gitu gue jadi penonton aja lah… simpel kayaknya

percakapan ini adalah percakapan beberapa tahun yang lalu. rasanya mimpi yang pernah diceritakan terwujud. Andi yang dulu hanya ingin jadi penonton beneran jadi penonton sekaligus penyelenggara nobar seantero komplek perumahannya. Budi pun sesuai dengan mimpi awalnya, sekarang ia sering tampil di layar kaca dalam liga sepak bola.

Pemain tidak bisa melihat segala arah, Penonton bisa

Malam dini hari itu, tim sepak bola Budi bertanding lawan Maincester Yunaitid (MYU).

*dan pertandingan pun berlangsung

klub sepak bola Budi mencetak gol terlebih dahulu. yang mencetak Gol, Budi pada menit 5'40. klub Budi melakukan attack terus sampai menit akhir babak pertama. di sela-sela itu ada celetukan komentar dari penonton nobar

A: eh, itu kok dia !@$!#%#! banget sih… udah depan gawang ga goal mulu… kalau gua jadi dia nih, pasti gua shoot aja tuh kalau udah nanggung gitu

B: cacat emang…harusnya tuh maju dikit, oper terus shoot

C: harusnya MYU terobosan terus tuh… gimana dah itu *^&@&

Andi: hem, tumben lu Bud, main lu ga bener… kecewa gua (sambil berbisik ikutan gerutu)

pertandingan berakhir dengan skor 1–0. tim sepak bola Budi memenangkan pertandingan. kemudian setelah bertanding Andi personal chat ke Budi untuk menyampaikan masukan-masukan yang ada. Andi tidak banyak menanggapi karena memang tau kalau ia gabisa lihat peluang dari segala arah saat dilapangan, ia menerima dengan lapang dada.

Lesson Learned: menjadi penonton memang gampang banget buat nyampein sesuatu, ngasih masukan bahkan untuk ngasih cacian sekalipun. bukan berarti menjadi penonton tidak baik. penonton bisa melihat permasalahan dari segala arah. jadi wajar aja kalau kadang kita lihat penonton bijaksana saat berkomentar.

dalam dunia nyata, saat kita berkarya mungkin banyak masukan, komentar jatuh bangun, kritis bahkan komentar nyesek sekali pun dari orang lain. kadang yang bikin iyuuuh itu adalah ya mereka memandang dari segala arah yang kadang kita ga fokus ke semuanya. contohnya adalah saat kita memilih eksekusi ide, kita fokus pada target/pasar tertentu. biasanya orang lain (penonton) akan mencoba memberikan pandangan ‘gimana kalau’

gimana kalau pasarnya seperti ini

gimana kalau gini aja

kenapa engga anak-anak aja targetnya

tidak sepenuhnya salah mendengar masukan-masukan penonton. coba kita simpan saja dahulu. PR selanjutnya adalah memilah yang memang cocok untuk diperbaiki. oleh karena itu ucapkan terima kasih dulu ke penonton, makasih penonton

Pemain bisa mengeksekusi langsung, Penonton tidak

ilustrasi Eksekusi (src: google images)

Esoknya pertandingan dimulai lagi, tim sepak bola Budi melawan Sealche. dalam skenarionya Budi ditempatkan sebagai penyerang kanan berduet dengan Romario sebagai penyerang kirinya.

*dan pertandingan pun dimulai priiiiiiit …. priiiiit

Pada babak pertama kedudukan berat sebelah, tim Budi kebobolan 0–1. suasana makin ruwet dan memanas. tim Budi melakukan strategi aggresive attack. pertandingan pun di-set dengan fast forward 2x sehingga tiba-tiba kedudukan menjadi seimbang. momen cetak gol 1–1 ini dicetak oleh Romario.

pertandingan semakin panas karena memang sedang terik matahari siang itu. tukang es tidak tampak di pinggir-pinggir lapangan *yaiyalah masa san siro ada tukang es. tiba-tiba komentar-komentar penonton nobar dimulai

A: woi, liat tuh… bentar lagi serangan balik… kayaknya bakal 2–1 nih

B: mana... mana… palingan juga ga goal

C: yaelah kalau ga goal kebangetan lah…

pada layar kaca terlihat Budi membawa bola ke arah lawan. sampai pada jarak 30m ke gawang lawan, Romario sudah bersiap menerima umpan dari Budi. Apa yang terjadi, ya ternyata Budi melepaskan shoot jarak jauh. Budi tidak memberi umpan ke Romario *PHP. bola melesat kencang dari tengah lapang dan tertangkap oleh kiper… karena kipernya wakabayashi *tsubasa

Pertandingan berakhir seimbang 1–1 dan saat itu juga sebagai teman yang baik, Andi mem-PC Budi lagi. saat itulah Budi melakukan klarifikasi kenapa ia mengambil tindakan tersebut.

Lesson Learned: Pemain memiliki chance untuk melakukan aksi, memilih aksi bahkan idealis untuk menjalankan aksi berdasarkan kondisi di lapangan. memang kondisi lapangan tidak sepenuhnya ideal untuk bisa menghasilkan hasil yang baik. mau tidak mau, jalan hidup pemain adalah harus bisa memilih aksi setaktis mungkin. jangan sampai lamban mengambil langkah.

sama seperti halnya, ketika kita berkarya mungkin ada hal yang dianggap ideal untuk berdiskusi panjang lebar bahkan melihat permasalahan dari segala sisi. resourse yang kita miliki memang terbatas yakni waktu yang kita miliki. bagaimana kita bisa mengatur itu semua (baca: Tool Paling Produktif). idealis dengan langkah yang diambil adalah sebuah keharusan sebagai pemain.

Jadi,

menjadi pemain atau penonton itu bener-bener pilihan ya. mainkan saja peranmu. mau berkarya atau tidak? ya harus lah. semoga pemain tidak terlalu idealis dan penonton tidak terlalu bijaksana. semoga bisa kolaborasi sehat lah keduanya…

Semoga Bermanfaat!

--

--